Cerita Pindah Kuliah 1

' Kenapa pindaah ?? '

Kata-kata ini beberapa kali, cukup sering, saya dapatkan disini, ya setelah mereka tau kalo saya mahasiswa pindahan, dari ITB. Ngasih jawabannya emang susah, karna ceritanya sangat panjang dan alasan nya ga bisa di jabarkan dalam kalimat-kalimat, karena alasannya ga satu.

Jadi saya akan menceritakan pengalaman pindah kuliah. Sebelumnya saya kuliah di Teknik Geodesi dan Geomatika ITB angkatan 2011 dan sekarang jadi maba lagi di Manajemen FEUI angkatan 2013. Kenapa gw mau ceritain ? Karena dulu saya juga merasakan kegalauan ketika akan mengambil keputusan pindah kampus, dan mencari-cari pengalaman orang lain yang pernah pindah kuliah di google, dan ga banyak emang yang nulis pengalamannya di blog, ada nemu satu atau dua, dan itu cukup membantu, karena mereka menceritakan pengalamannya, bukan saran-saran yang normatif seperti banyak di artikel online tentang pindah kampus. Dengan kondisi gw sekarang, semoga dapat membantu teman-teman yang merasa terganggu dengan keinginan pindah kuliah, gw ga bisa bilang lo mesti pindah atau lo mesti bertahan, karena gw merasakan, dan mendengar cerita juga dari temen yg juga pindahan kuliah lain, macem2 alasannya, dan ga semua alasannya bener -menurut gw-

Jadi awalnya, sekitar bulan februari 2013, masa kuliah semester 4 di ITB, waktu itu ada kuliah Hitung Perataan, dosennya doktor yang masih muda, lulusan jepang, selain menjelaskan materi kuliah dia banyak memberikan cerita-cerita dan nasehat tentang perkuliahan dan kehidupan. Jadi dia pernah cerita bahwa apa yang dilakukan pas jadi mahasiswa akan menggambarkan jadi apa 20 tahun kemudiannya. Ia menceritakan teman-teman kuliahnya dulu, pekerjaannya sekarang dan apa yang mereka lakukan dulu. Kemudian dia menceritakan, ada mahasiswa itb, yang udah mau lulus, tapi ga mau nyelesain, ketika ditanya mengapa dia menjawab ga mau lulus karena dia kuliah bukan karena kemauan dirinya tapi karena kemauan orang tuanya. Cerita-cerita itu membuat gw berpikir, apakah yang gw jalanin waktu itu adalah yang gw mau di masa depan, apakah gw maunya emang di dunia ini. Apakah kuliah gw waktu itu bener-bener karena keinginan akan kuliahnya, atau hanya karna passing grade dan ikut-ikutan temen ? hanya mengalir mengikuti kemungkinan. 

Waktu itu belum ada keinginan pindah kuliah, gw hanya mencoba meyakinkan diri untuk percaya bahwa yang gw jalanin adalah jalan yang terbaik. Selain itu, kepala prodi, yang juga dosen wali (pembimbing akademik), banyak menceritakan besarnya peluang geodesi, mulai dari akan dibukanya pasar tenaga kerja asean yang tanpa batas, akan adanya sertifikasi survey hidrogafi dengan iming-iming gaji tinggi, atau dengan proses pembuatan peta nasional indonesia yang sangat banyak membutuhkan sarjana geodesi, dan gw juga menyadari bahwa geodesi peluangnya sangat besar, serta gaji besar.Yaa hal-hal itu membuat gw ga mikirin buat pindah, karna selain itu kalo pindah berarti mesti bayar uang pangkal kuliah yang gede lagi. 

Kemudian suatu hari, masih di awal-awal semester 4, ketika itu saya sedang di perpustakaan mesjid salman itb, kebetulan baterei HP abis, dan kebetulan bawa charger, saya kemudian nyari colokan di sana, ada di pojokan, kemudian gw kesana, dan nungguin hp disana, sambil nungguin hp, saya iseng baca buku yang ada didepan saya, judulnya young on top, kemudian gw baca bab pertamanya, itu mencerikakan ' do what you love and love what you do' , bagaimana orang-orang yang mencapai puncak karier mereka adalah memang orang yang mencintai pekerjaan mereka, mereka akan mempunyai kekuatan lebih. Dari bacaan itu saya mulai merenung lagi, seperti apa sih puncak karir yang sedang  dibangun sekarang ini, seperti apa hidup yang saya susun saat itu. Saat di kosan saya lanjutkan dengan menuliskan apa-apa kemungkinan karir yang bisa dibangun setelah lulus dari ITB. Dan  gw merasa puncak yang bisa  dicapai itu bukan sesuatu yg saya ingin, ga bergairah, ga merasakan kalo itu yang ingin saya jalanin.

Kemudian saya mulai banyak baca-baca tentang personality, minat dan bakat, tes tes minat, dan macam-macam buku tentang karier. Masa-masa ini saya banyak belajar menegenal diri saya sendiri. Saya juga banyak minta saran ke orang lain, waktu itu saya minta saran ke kakak dan abang yang juga mahasiswa, kemudian ke teman dan teman-teman, kemudian juga ke psikolog yang disediakan kampus. Waktu itu  belum ngomong ke orangtua karena saya merasa orangtua pasti bakalan langsung nolak, karena yaa saya udah menjalani hampir setengah kuliah di itb, dan saya melihat bagi mereka itb adalah sesuatu yang sangat membanggakan. Karena itu saya mencoba meminta saran yang agak netral.

Ketika minta saran, pertanyaan2 pasti akan kembali ke saya, maka dari itu saya berusaha bener-bener bertanya kepada diri sendiri. Mengapa pindah, apa yang akan bisa di dapet kalo pindah, apa yang bakal dikorbanin, apakah saya sendiri udah siap untuk resiko2 setelah pindah, ketika mempertanyakan kepada diri sendiri itu saya berusaha supaya ya netral terhadap diri sendiri, berusaha menghilangkan keinginan pindah terlebih dahulu, kemudian mengumpulkan baik-buruk keputusan pindah atau ga, kemudian baru gw putusin gw emang harus pindah.

Setelah bener-bener yakin untuk pindah, dan yakin juga siap untuk resiko-resiko nya --katanya si yang berat itu ketika teman2 seangkatan SMA udah pada wisuda -- selanjutnya gw menyiapkan jawaban-jawaban untuk orangtua. Selama perjalanan setelah pindah ini, alasan pindah yang banyak disangka kan orang adalah ( secara langsung atau ga langsung)
Pindah karna nilai jeblok | Pindah karna ada masalah ama senior | Pindah karna ngikutin seseorang | Pindah karna ga tahan pelajaran susah |
Berhubung yang membuat gw memutuskan untuk pindah bukan hal-hal diatas, gw menyiapkan jawaban untuk meyakinkan bahwa memang alasan gw pindah bukan hal itu.

Nah.. alasan saya pindah apa ?