Kamis, 14 November 2013

Memilih Agama

Manusia tidak akan pernah lari dari fitrahnya memang, sudah terbukti, dengan banyak kejadian sejarah. Mungkin jika mau berpikir, dan meninggalkan ego masing-masing, manusia akan sadar bahwa umur mereka tidak akan cukup untuk merumuskan bagaimana cara mereka hidup dengan akal mereka sendiri. Maka tidak masuk akal lah orang yang hanya mau melakukan sesuatu apabila sesuatu itu dapat diterima oleh pikirannya. Ia hendaknya sadar, bahwa umur manusia sangatlah pendek, pendek dibandingkan umur dunia ini, pendek dibandingkan tumbuh-kembang peradaban, pendek dibandingkan waktu yang dibutuhkan untuk merumuskan bagaimana cara hidup yang pas. Maka jika kita sadar bahwa jalan hidup itu telah ada, maka itu adalah agama. Lalu agama apakah yang akan kita ikuti ? Sangat banyak macamnya. Agama adalah pilihan yang akan merubah segala sisi kehidupan dan tentu setelah kehidupan. Untuk itu sangat wajarlah kita mesti memilih agama, dengan memilih maka kita menjalankannya dengan keyakinan. Namun memilih bukan sebagai kedok untuk meninggalkan agama dan memilih tidak beragama untuk kemudian memilih salahsatu, juga bukan menjalankan semua agama sekaligus untuk kemudian memilih yang sesuai dengan kehendak hati. Karena cara itu adalah cara yang akan merusak hidup. Saya tidak begitu yakin apakah analogi ini akan pas, tapi coba saya ungkapkan saja, misalnya ada sebuah kendaraan baru, yang kita belum mengenalnya, kita belum tau cara mengendarainya, cara merawatnya, benar2 tidak tau. Kemudian ada buku petunjuk kendaraan tersebut, tapi buku petunjuk yang diberikan berbagai macam bentuk. Di tiap buku dikatakan buku itulah yang paling benar, yang lain salah. Nah bagaimanakah caranya kita menentukan cara memilih buku yang tepat sebagai petunjuk ? Apakah dengan meninggalkan semua petunjuk itu ? kemudian menunggu orang lain membuktikan mana petunjuk yang benar ? tentu tidak, mungkin kita akan terlebih dahulu, karena menggunakan tanpa tau petunjuknya. Apakah kita akan menggunakan sekaligus semua buku petunjuk itu ? Tentu tidak, karena kita juga akan celaka, karena hanya ada satu buku petunjuk yang benar, maka dengan memakai semua petunjuk maka artinya kita memakai yang tidak benar lebih banyak daripada yang benar, maka kemungkinan salahnya tentu lebih besar. Lalu bagaimanakah cara mengetahui yang benar. Pertama kita mesti menguji bagaimana pengetahuan petunjuk itu mengetahui apa yang akan ditunjukinya, kita bisa melakukan random check, maka petunjuk yang salah adalah yang tidak mengetahui apa yang ditunjukinya dengan benar.
Islam, mengapa agama islam menjadi agama yang benar ?
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar