Peta Depok-Gatra
“Kamu harus perbanyak bermain dan jangan lupa belajar” ucapan yang
sedikit berbeda dari yang disampaikan oleh dosen pada umumnya ini disampaikan
oleh bapak boediono. Setelah menunggu di lobby Gatra-ada resepsionis yang agak
antagonis- kami di ajak langsung menuju ruangan si bapak.
Ruangannya sekitar 3x5 meter, tidak seperti ruangan pimpinan redaksi yang ada dalam bayangan saya, sebuah meja dengan tumpukan buku dan kertas sehingga tampaknya susah untuk diisi lagi. Kemudian ditenga ruangan sebuah meja bundar –tempat kami duduk- terdapat gelas habis dipakai, peyek, kuekuean-tapi kami ga di kasih J. Awal pembicarannya bermula dari mahasiswa ITB yan sekarang tidak lagi menjadi pelopor, kalau dulu mahasiswa itu menjadi pelopor, kalian tau balapan gokar? itu mahasiswa ITB yang membawa ke Indonesia. Dulu saya di menwa nutupin kampus dan ngadain balapan, yang mau liat bayar, nanti uangnya bagi dua. Gokart nya kita yang bikin, pakai mesin vespa.
Mengapa saya suruh kalian banyak bermain? karena ilmu yang kita miliki itu nantinya untuk masyarakat, kalau kita tidak tau apa yang dibutuhkan masyarakat lalu apa yang akan kita berikan? Kemudian si bapak ‘terganggu’ dengan ibu pipit-begitu ia dipanggil pak boediono- yang melihat foto yang ada di sampingnya. Pak boedionomenceritak foto yang disebutnya sebagai ‘pembisik SBY’, foto yang diambil ketika si bapak mengunjungi beberapa negara bersama SBY, di foto itu pak SBy sedikit menunduk dan pak boediono membisikkan sesuatu. Pembicaran yang tidak seimbang ini –kami ga tau mau nanya apa lagi dan laper- terus berlangsung hingga setengah dua.
Begitulah sambutan yang sangat menyenangkan yang kami terima dari pimpinan majalah Gatra ini, setelah sebelumnya menunggu lama di lobby, kemudian ditawari minum oleh resepsionis bermata ungu dan lipstik nya juga ungu, kemudian di sambut oleh menejer HRD yang agak kaku, dan menunggu di lobby lagi, dan terakhirdi sambut pak boediono. Besok katanya kami akan bersama pusat liputan dan ketemu seorang alumni yang kerja disana.
Ruangannya sekitar 3x5 meter, tidak seperti ruangan pimpinan redaksi yang ada dalam bayangan saya, sebuah meja dengan tumpukan buku dan kertas sehingga tampaknya susah untuk diisi lagi. Kemudian ditenga ruangan sebuah meja bundar –tempat kami duduk- terdapat gelas habis dipakai, peyek, kuekuean-tapi kami ga di kasih J. Awal pembicarannya bermula dari mahasiswa ITB yan sekarang tidak lagi menjadi pelopor, kalau dulu mahasiswa itu menjadi pelopor, kalian tau balapan gokar? itu mahasiswa ITB yang membawa ke Indonesia. Dulu saya di menwa nutupin kampus dan ngadain balapan, yang mau liat bayar, nanti uangnya bagi dua. Gokart nya kita yang bikin, pakai mesin vespa.
Mengapa saya suruh kalian banyak bermain? karena ilmu yang kita miliki itu nantinya untuk masyarakat, kalau kita tidak tau apa yang dibutuhkan masyarakat lalu apa yang akan kita berikan? Kemudian si bapak ‘terganggu’ dengan ibu pipit-begitu ia dipanggil pak boediono- yang melihat foto yang ada di sampingnya. Pak boedionomenceritak foto yang disebutnya sebagai ‘pembisik SBY’, foto yang diambil ketika si bapak mengunjungi beberapa negara bersama SBY, di foto itu pak SBy sedikit menunduk dan pak boediono membisikkan sesuatu. Pembicaran yang tidak seimbang ini –kami ga tau mau nanya apa lagi dan laper- terus berlangsung hingga setengah dua.
Begitulah sambutan yang sangat menyenangkan yang kami terima dari pimpinan majalah Gatra ini, setelah sebelumnya menunggu lama di lobby, kemudian ditawari minum oleh resepsionis bermata ungu dan lipstik nya juga ungu, kemudian di sambut oleh menejer HRD yang agak kaku, dan menunggu di lobby lagi, dan terakhirdi sambut pak boediono. Besok katanya kami akan bersama pusat liputan dan ketemu seorang alumni yang kerja disana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar