Jumat, 26 April 2013

Ucup

"Kelas berapa cup?'
"Ga sekolah"
"Umurnya berapa?"
"Dua Belas"
"Jadi, kalo siang main dimana ?"
"Kemana aja kak"
"Udah bisa mbaca ?"
"Belum kak"
" Mau belajar ga ? "
"Nanti-nanti lah kak"
" Kapan lagi cup ?"
" Abis sholat nanti, kak"
" hehe, iya, nanti ya"

Itu tadi si ucup, ga tau siapa nama aslinya, disini masing masing punya nama 'disini dipanggilnya begitu'. Saya baru tahu kisahnya yang belum bisa mbaca setelah pertemuan selasa kemaren, ucup yang udah ada sejak awal rumah belajar ini ada, sudah datang setiap selasa dan kamis malam, sepertinya ia menikmati kebersamaan di tempat ini, dan entah karna dia sudah ada sejak awal, pembawaannya menguasai, seperti senior, punya wibawa, pandai memainkan 'pura-pura ga mendengar', membuat orang tertawa, manganceh an , dan dia melakukan apapun yang dia mau lakukan, pertemuan sebelumnya dia begitu semangat dance, memutar kepala dilantai, seperti apa latar belakang keluarga nya ya? belum tau, kenapa dia ga sekolah lagi ? kata ikew sih dia emang ga minat belajar lagi, kenapa? pasti ada sesuatu yang tersembunyi.

Sepanjang di masjid, terpikir, mau di arahkan kemana si ucup ? Terbayang ucup lima tahun kedepan yang duduk-duduk di persimpangan jalan, atau ucup yang jadi kuli bangunan, atau ucup yang jadi anak punk , atau ucup yang bangun siang kemudian minta uang ke orangtua lalu pulang malam, yaa semua yang terbayang adalah hidup yang tidak jelas, hidup yang membebani orang lain, apa yang harus dilakukan ? mengembalikan nya ke bangku sekolah ? sepertinya emang harus di coba, tapi, sepertinya ia sudah agak susah untuk di suruh balik sekolah lagi, udah kepalang merasakan kebebasan luar sekolah, tapi tetap mesti di coba, namun mesti ada alternatif lain. Terbayang akan buya hamka yang tidak mengecap pendiidikan formal,  akankah ucup akan seperti nya? insyaallah, dia belum terlalu 'keras', masih bisa diarahkan. Apa yang membuat buya hamka menjadi hebat ? suka membaca, mungkin. Ya itu.

Oke berpikir, berpikir, berpikir

Aku akan coba ini.
Pertama. Dekati ucup. Banyak informasi yang mesti diketahui, bagaimana keluarganya, bagaimana ekonomi keluarganya, bagaimana aktifitas sehari-hari nya, apa minatnya, apa yang membuat nya lari dari sekolah, apa masalah nya, siapa temannya, siapa panutannya, ini itu ini itu.....

Kedua. Ucup membaca. Ucup dalam waktu dekat mesti bisa membaca, pertama timbulkan minat supaya ia ingin bisa mbaca, pancing rasa penasarannya, bikin dia merasa rugi ga bisa mbaca, kemudian ajari dia membaca, sepertinya saya fokus untuk ucup deh di rubel ini kedepannya. Kemudian beri bacaan-bacaan ringan ke ucup.

Ketiga. Buku untuk ucup. Pikirannya akan sangat ditentukan oleh buku yang dibaca nya. Kesulitannya adalah, orang seperti ucup akan sangat cepat menilai buku dari cover, atau halaman2 awal buku, akan sangat cepat dia meninggalkan sesuatu yang dianggapnya membosankan, dia terbiasa meninggalkan apa yang tidak disukainya, dan pergi begitu saja. Rasa penasaran, yaa rasa penasaranya mesti dipancing sebesar-besarnya.

Keempat. Keterampilan. Ini butuh pendekatan yang lama, apa bidang yang bisa di dalami ucup, apa seni tari ? seperti selama ini yang dia gandrungi sementera teman2nya mengerjakan soal tambah-tambah. Ataukah di bidang lukis ? atau berdagang ? jadi pebisnis ? yaa itu butuh waktu.

Terakhir, saya teringat novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu, hal yang terpenting adalah membuat ucup nyaman, tidak merasa di kekang, tidak akan ada yang dia mau membatasi diri nya, kemudian dengan kedekatan itu bisa arahkan dia, orang seperti ucup biasanya memiliki rasa gentle  yang lebih, paling tidak dia akan melakukan karena ga enak karna udah disaranin orang yang dia hormati.

Cup, dunia masih terbuka untukmu ! Berjuanglah ! Perjuangan besar akan melahirkan orang besar !
-- Rumah Belajar Komunitas Kampung Kreatif Taboo, Dago Pojok, Bandung --


Tidak ada komentar:

Posting Komentar