Kamis, 27 Juni 2013

Buah sebuah pohon

Eksistensi. Apakah begitu penting ? Entahlah, tapi kelihatan nya sebagian orang mulai tertipu dengannya. Eksistensi adalah hasil akhir dari sebuah pekerjaan, mungkin lebih tepatnya, efek. Menjadi dikenal, dihargai, respect oleh orang lain. Banyak orang melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan eksistensi dirinya. Mulai dari remaja yang mencari perhatian, hingga para elit yang rela mengorbankan banyak hal untuk eksistensi dirinya, apakah itu berusaha masuk dunia politik dengan uang yang banyak, atau berusaha membangun masyarakat agar di hormati, atau sekedar berusaha belajar pidato untuk dapat didengar oleh orang banyak. Tapi, apakah itu semua penting? Entahlah

Dikenal orang lain. Setidaknya itu akan membuatmu tersanjung akan dirimu sendiri, untuk beberapa saat. Merasa diri dihargai, merasa penting. Sehingga dapat sedikit melayang, mungkin juga lupa akan tujuan diri itu sendiri. Berusaha memberikan hasil luar yang lebih, apa itu dengan foto yang membuat orang lain iri, puisi-puisi, kata-kata, ataupun jabatan, yaa yang sebenernya itu bukanlah hal yang luar biasa, tapi ya itu, keinginan diri untuk memperlihatkan eksistensi membuat diri ini berusah menampilkannya lebih, kemudian hal-hal itu jika diterima oleh orang yang juga mengharapkan eksistensi akan menjadi hal yang membuat iri, sehingga pada akhrinya mereka juga berusaha, atau paling tidak berkeinginan untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Apa yang terjadi ? ya perang eksistensi diri

Entahlah kawan, apa kau benar-benar menikmati setiap langkah kau mendaki puncak itu? Atau kau hanya ingin berfoto di puncak itu dengan keterangan ketinggian puncak itu? Kemudian semua orang mengetahui nya. Entahlah, hanya dirimu yang mengetahuinya. Jangan membohongi dirimu

Entahlah kawan, apa kau benar-benar ingin membuat perubahan dengan menjadi ketua ini itu ? Atau hanya sekedar untuk menunjukkan kemampuan dirimu, atau mungkin ini sebuah batu loncatan bagi dirimu untuk kedudukan yang tinggi selanjutnya ? Atau ini untuk meraih masa depan? Ingin menjadi pemimpin masa depan? Berlomba-lomba menjadi pemimpin? Berlomba-lomba mencari kesan bagi orang lain? Berusaha akrab dengan semua orang? Berteman dengan semua orang? Haha , itu semua kau lakukan untuk dirimu ? supaya semua orang menghargai dirimu? Ah seungguh egois kau kawan

Entahlah kawan, aku tak yakin apakah kau benar peduli dengan pemuda. Kau buat gerakan pencerdasan pemuda, pemimpin masa depan kata kau. Ah, apa kau sadar, manusia primitif pun punya pemimpin, hewan pun punya pemimpin, pemimpin itu pasti akan ada jika ada sekumpulan sesuatu, jadi buat apa kau mempersiapkan pemimpin? Untuk membuat orang-orang bersaing untuk menjadi pemimpin? Saling sikut? Atau paling tidak membuat orang berusaha untuk menunjukkan eksistensi dirinya masing-masing, berharap menjadi pemimpin. Mengapa tak kau naik kan saja kapasitas semua orang, kau cerdaskan semua orang, kau beri mereka bekal untuk menentukan arah, tak usahlah kau memberi embel embel menjadi pemimpin, ah kenapa kau anggap menjadi pemimpin itu adalah sebuah pencapaian ? Pikirkanlah

Entahlah kawan, bahkan mereka-mereka itu, telah menuliskan bahwa eksistensi itu adalah kebutuhan manusia itu sendiri. Setiap orang membutuhkan eksistensi katanya, dengan permainan kata kata, dan eksistensi pendidikan mereka, mereka membuat semua orang setuju kalau eksistensi itu penting, dan semua orang berusah mendapatkannya, tentunya butuh persaingan. Ah itu membuat ada sebaian yang mendapatkan lebih dan sebagian  lainnya kekurangan. Mengapa kita tidak berusaha membagi nya, atau paling tidak kita mendapatkannya secara bergantian. Bukankah kita akan merasakan nikmatnya kenyang ketika kita sebelumnya lapar ? Mengapa kita mempersiapkan diri kita untuk selalu kenyang dengan eksistensi ?

Kau tau, ketika gerakan kaum buruh, memaksa keadialan untuk kaum buruh, memaksa untuk negeri di atur oleh kaum buruh, tentu saja banyak yang tidak mau, karena posisi buruh itu bukan lah pilihan, kebanyakan terpaksa masuk ke dalam posis itu, nah sekarang mereka ingin berkuasa, mana bisa! Jawab sebagian lain. Tapi apa yang diperjuangkan mereka adalah penting untuk diperhatikan, yaitu keadilan sosial bagi seluruh manusia. Tapi yaa posisi mereka tidak menguntungkan, dan juga posisi mereka menunjukkan sebuah keputus asaan mereka akan posisi yang terpaksa mereka terima. Selanjutnya? Coba kau bayangkan jika gerakan itu, gerakan yang ingin keadilan sosia itu, datang dari mereka yang memegang banyak harta, yang menguasai pos-pos produksi, mereka yang akan banyak berkorban, atau milik nya akan berkurang jika keadialan sosial berjalan, maka pelaksanaan keadilan sosial itu akan lebih mudah terjalani.

Nah begitu juga dengan eksistensi, jika ajakan untuk jangan terlalu mengejar eksistensi diri itu muncul dari orang yang terlihat sudah mempunya eksistensi itu sendiri, maka perlombaan mengejar eksistensi diri itu akan lebih mudah di capai.

Buat kau yang sedang penuh dengan eksistensi diri, yang mungkin membuat dirimu kagum dengan dirimu sendiri, berusahalah tahan dirimu, buatlah orang melihat kalau eksistensi diri itu bukanlah hal yang luar biasa. Buat semua orang merasa akan mendapatkan bagian masing masing nya. Karena jika dimulai dari diri kalian, maka akan lebih diterima, tapi jika dimulai dari mereka yang ‘kekurangan’ akan diterjemahkan sebagai tuntutan akan kekurangan

Kau bayangkan , sebuah pohon yang penuh dengan buah, di tengah hutan, dimana ada orang yang tersesat di hutan itu, yang kelaparan. Kemudian mereka harus memanjat pohon itu untuk mendapatkan buahnya.
Apakah masing masing mereka membutuhkan buah itu? Tentu saja.

Apakah semua nya bisa memanjat pohon? Mungkin, tapi tentu saja pohon itu tidak bisa di panjat sekaligus.
Apakah orang yang memanjat pohon itu untuk mengambil buah perlu di apresiasi ? Tentu saja.
Tapi apakah hanya dia yang berhak untuk mendapatkannya? Tentu saja tidak

Apakah orang yang tidak ikut memanjat karena mereka putus asa? Mungkin tidak, mereka sadar pohon itu tidak bisa di panjat sekaligus

Hei, jangan kau buat kakek bijak di bawah pohon itu terpaksa merebut buah itu.
Jangan kau buat orang merasa tidak akan dapat buah itu jika tidak berebutan

Hei kau yang memiliki kuasa, jangan kau mengambil buah itu lebih dari satu, karena akan ada orang yang akan tidak mendapatkannya jika kau lakukan itu, tapi sebelum kau dapat melakukan itu, kau telah membuat semua orang berebutan.

Hei juga kau para penyahut, jangan kau ajarkan semua orang menjadi pemanjat pohon itu, jangan kau banyang-bayangi mereka betapa beruntungnya menjadi pemanjat, atau walaupun kau ceritakan betapa mulia nya menjadi pemanjat, sehingga semua orang menjadi ingin menjadi pemanjat. Biarkan mereka mendapatkan buah mereka masing masing, jangan kau timbulkan kompetisi di sini, jangan kau ajarkan. Karena ku tau akan akan meminta bagian pada si pemanjat

Kemudian, si pemanjat menemuiku, diriku yang terpaku dengan indahnya sinar matahari di balik daun pohon.
“ Hei kau mau buah? “

Aku tersenyum, “ Terimakasih, aku puasa. “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar