Ketika saya membuka soal ujian, kemaren, itu ujian Geodesi Geometrik, kuliah yang belajar bagaimana cara memproyeksikan bumi, yang bentuknya sangat tidak tentu, bagaimana caranya satelit dapat menentukan posisi GPS di bumi dengan berbagai bentuk pendekatan bentuk bumi, berbagai macam kerangka, bagaimana menghitung, mengkonversi, menganalisis metode. Sekarang bukan masalah mengerjakan soalnya, tapi dengan begitu indahnya ilmu ini, bagaimana tanpa pernah melihat bumi itu dengan keseluruhan kita akan memproyeksikannya, kita akan menggambarkan sesuatu yang kita ada didalamnya, dan kita akan memetakan suatu benda yang selalu bergerak. Mulailah tumbuh cinta itu kembali, sungguh luar biasa ilmu ini.
Begini cerita nya, sekitar 2-3 bulan yang lalu, secara kebetulan, ketika numpang nge-cas HP di perpustakaan, saya iseng mbaca sebuah buku. Bukunya berisi tentang bagaimana meraih sukses di masa muda. Bab yang pertama yang dibahas adalah. Do What You Love. Itu bercerita tentang bagaimana orang-orang sukses berawal dari karena mereka melakukan hal-hal yang memang mereka cintai, dengan passion. Setelah berpikir-berpikir, saya coba memproyeksikan kehidupan saya sekitar sepuluh tahun yang akan datang. Dengan semua yang ada saat itu, bagaimanakan proyeksi hidup saya sepuluh tahun kedepannya. Ternyata, hidup yang saya inginkan agak jauh dari apa yang sedang saya bangun saat ini.
Bacaan siang itu, membuat malam nya saya melakukan perenungan panjang, apa yang akan saya lakukan. salah satu opsi yang muncul adalah saya akan pindah kuliah. Padahal sekitar dua minggu sebelumnya didepan teman-teman SMA saya bercerita bagaimana saya udah cocok dengan jurusan saat ini, teknik geodesi. Memang semester ini saya sudah dapat melihat apa sih itu geodesi, saya memang kagum, dengan apa yang dipelajari di geodesi, luar biasa saja memproyeksikan bumi, foto udara, gps. Tapi ada hal lain, bagaimanakah kehidupan yang akan terbentuk dengan karier di bidang ini? ini bukan masalah gaji, karena gaji seorang lulusan geodesi tergolong tinggi, apalagi dengan banyak nya peraturan tentang informasi geospasial, juga karena banyaknya inovasi di penerapan informasi spasial, menyebabkan banyaknya lulusan geodesi yang dibutuhkan. Nah yang saya rasakan itu adalah, saya merasa rutinitas yang akan saya lakukan tidak sesuai dengan yang saya inginkan. Apa nya ? Bagaimana nya ? Naah bukannya kadang kita susah untuk menentukan bagaimanakah diri kita itu sendiri ?
Malam itu saya memutuskan untuk melakuan beberapa hal, pertama ke psikolog yang disediakan kampus, diskusi dg abang, diskusi dg kakak. Pertama, hasil dari psikolog nya sangat umum, tidak membawa saya pada suatu keputusan, entahlah, apa saya perlu mengkritik psikolog yang disediakan kampus, yang saya rasa...... kurang profesional mungkin. Kemudian saya menghubungi kakak laki-laki, abang. Dari hasil-hasil diskusi, abang menolak jika saya pindah kuliah dengan berbagai alasan dan contoh. Kemudian saya menjawab satu persatu keraguan dari abang, kemudian saya diskusi dengan kakak. Kakak lebih banyak nanya, membuat saya banyak bercerita, dan saya diminta bertahan di jurusan ini, dan meminta memikirkannya.
Saya juga berdiskusi dengan seseorang , dia bilang "jangan,mid"
Malam itu saya memutuskan untuk, pertama saya akan menyelesaikan semua kewajiban kuliah saya semester ini, tidak boleh ada yang terlalaikan, kemudian saya akan mulai belajar untuk ikut ujian masuk lagi. Artinya saya akan membuat dua jalan itu tetap terbuka, jalan untuk lanjut atau jalan untuk pindah.
Efek dari semua ini, saya banyak membaca buku tentang personality, membaca artikel tentang menemukan passion, dan mengikuti personality test di internet. Saya banyak melakukan perenungan, untuk mengenal diri ini. Mulai dari penggolongan koleris,sanguitis dllnya , penggolongan introvert-ekstrovert, kecerdasan intrapesona-interpersonal , dan berbagai macam penggolongan lainya. Alhamdulillah saya bertambah teratur dan mengenali diri ini.
Lalu bagaimana saat ini ? Saat ini saya masih membuka kedua jalan itu, siap bertahan dan siap pindah.
Hal yang paling saya syukuri dari ini semua ini
Saya jadi bisa mengenali dan mengusai diri sendiri
Saya jadi mengerti bagaimana mencintai ilmu
Saya jadi belajar mengambil keputusan, yang berat
Saya jadi begitu menghargai waktu
Terakhir, sesungguhnya orang yang beriman itu percaya bahwa Allah menjadi wali terhadap dirinya, percaya bahwa Allah selalu mengawasi diri ini secara personal, jadi buat apa takut mengambil keputusan ?
Semoga kita dapat mengambil hikmah-hikmah tiap bagian kehidupan ini, dan menjadi bersyukur :)
Begini cerita nya, sekitar 2-3 bulan yang lalu, secara kebetulan, ketika numpang nge-cas HP di perpustakaan, saya iseng mbaca sebuah buku. Bukunya berisi tentang bagaimana meraih sukses di masa muda. Bab yang pertama yang dibahas adalah. Do What You Love. Itu bercerita tentang bagaimana orang-orang sukses berawal dari karena mereka melakukan hal-hal yang memang mereka cintai, dengan passion. Setelah berpikir-berpikir, saya coba memproyeksikan kehidupan saya sekitar sepuluh tahun yang akan datang. Dengan semua yang ada saat itu, bagaimanakan proyeksi hidup saya sepuluh tahun kedepannya. Ternyata, hidup yang saya inginkan agak jauh dari apa yang sedang saya bangun saat ini.
Bacaan siang itu, membuat malam nya saya melakukan perenungan panjang, apa yang akan saya lakukan. salah satu opsi yang muncul adalah saya akan pindah kuliah. Padahal sekitar dua minggu sebelumnya didepan teman-teman SMA saya bercerita bagaimana saya udah cocok dengan jurusan saat ini, teknik geodesi. Memang semester ini saya sudah dapat melihat apa sih itu geodesi, saya memang kagum, dengan apa yang dipelajari di geodesi, luar biasa saja memproyeksikan bumi, foto udara, gps. Tapi ada hal lain, bagaimanakah kehidupan yang akan terbentuk dengan karier di bidang ini? ini bukan masalah gaji, karena gaji seorang lulusan geodesi tergolong tinggi, apalagi dengan banyak nya peraturan tentang informasi geospasial, juga karena banyaknya inovasi di penerapan informasi spasial, menyebabkan banyaknya lulusan geodesi yang dibutuhkan. Nah yang saya rasakan itu adalah, saya merasa rutinitas yang akan saya lakukan tidak sesuai dengan yang saya inginkan. Apa nya ? Bagaimana nya ? Naah bukannya kadang kita susah untuk menentukan bagaimanakah diri kita itu sendiri ?
Malam itu saya memutuskan untuk melakuan beberapa hal, pertama ke psikolog yang disediakan kampus, diskusi dg abang, diskusi dg kakak. Pertama, hasil dari psikolog nya sangat umum, tidak membawa saya pada suatu keputusan, entahlah, apa saya perlu mengkritik psikolog yang disediakan kampus, yang saya rasa...... kurang profesional mungkin. Kemudian saya menghubungi kakak laki-laki, abang. Dari hasil-hasil diskusi, abang menolak jika saya pindah kuliah dengan berbagai alasan dan contoh. Kemudian saya menjawab satu persatu keraguan dari abang, kemudian saya diskusi dengan kakak. Kakak lebih banyak nanya, membuat saya banyak bercerita, dan saya diminta bertahan di jurusan ini, dan meminta memikirkannya.
Saya juga berdiskusi dengan seseorang , dia bilang "jangan,mid"
Malam itu saya memutuskan untuk, pertama saya akan menyelesaikan semua kewajiban kuliah saya semester ini, tidak boleh ada yang terlalaikan, kemudian saya akan mulai belajar untuk ikut ujian masuk lagi. Artinya saya akan membuat dua jalan itu tetap terbuka, jalan untuk lanjut atau jalan untuk pindah.
Efek dari semua ini, saya banyak membaca buku tentang personality, membaca artikel tentang menemukan passion, dan mengikuti personality test di internet. Saya banyak melakukan perenungan, untuk mengenal diri ini. Mulai dari penggolongan koleris,sanguitis dllnya , penggolongan introvert-ekstrovert, kecerdasan intrapesona-interpersonal , dan berbagai macam penggolongan lainya. Alhamdulillah saya bertambah teratur dan mengenali diri ini.
Lalu bagaimana saat ini ? Saat ini saya masih membuka kedua jalan itu, siap bertahan dan siap pindah.
Hal yang paling saya syukuri dari ini semua ini
Saya jadi bisa mengenali dan mengusai diri sendiri
Saya jadi mengerti bagaimana mencintai ilmu
Saya jadi belajar mengambil keputusan, yang berat
Saya jadi begitu menghargai waktu
Terakhir, sesungguhnya orang yang beriman itu percaya bahwa Allah menjadi wali terhadap dirinya, percaya bahwa Allah selalu mengawasi diri ini secara personal, jadi buat apa takut mengambil keputusan ?
Semoga kita dapat mengambil hikmah-hikmah tiap bagian kehidupan ini, dan menjadi bersyukur :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar